Beranda

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Selamat Datang Di Blog Seuntai Kenangan

11 Oktober 2007

KHUTBAH IDUL FITRI

1 SYAWAL 1428. H
Assalamu’alaikum wr wb
Allahu Akbar 3 X

Suatu kali Rasulullah saw melaksanakan shalat idul Fitri lebih siang dari biasanya, bukan karena beliau lupa, apalagi tertidur setelah shalat subuh. Beliau terlambat ke tempat berkumpulnya jama’ah shalat Id karena beberapa saat menjelang keberangkatannya, beliau mendapati seorang anak yang bermurung durja di tengah teman-temannya yang lagi asyik bermain dan bersuka cita.

Mendapati situasi seperti itu beliau menghampiri anak tersebut, lalu didekapnya dan dielus-elus kepalanya. Setelah cukup mendapatkan kehangatan, beliau lalu bertanya, wahai anakku, mengapa kamu bersedih hati di saat teman-temanmu bersuka ria? Di mana rumahmu? Siapa orangtuamu? Dengan mata nanar anak kecil itu menjawab, ayahku telah lama mati dalam suatu peperngan membela agama Islam, sedang ibuku menikah lagi dengan lelaki lain dan tak lagi menghiraukanku.

Rasulullah saw mendekap lebih hangat lagi, lalu bertanya: maukah kau jadikan aku sebagai ayahmu, ‘Aisyah sebagai ibumu, sedang Fathimah dan Ali sebagai bibi dan pamanmu? Beliau lalu membimbing anak itu ke rumah lalu meminta agar ‘Aisyah memandikannya, membersihkan kotorannya, dan memberinya pakaian terbaik yang dimilikinya. Anak kecil yang berpakaian dekil dan berwajah muram itu seketika berubah penampilannya. Ia kini kelihatan bersih dengan rambut yang tersisir rapih. Pakainnya bagus dan wajahnya berubah menjadi ceria. Ia keluar dari rumah Rasulullah saw sambil berteriak-teriak kepada teman-temannya, akulah anak yang hari ini paling bahagia. Muhammad telah menjadi ayahku, ‘Aisyah menjadi ibuku, sedang Fathimah dan Ali menjadi bibi dan pamanku. Sungguh tak terkira bahagianya anak itu. Kebahagiaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

Di hari idul fitri seperti ini seharusnya tak seorangpun bersedih hati. Semua gembira Semua bahagia. Lebih-lebih anak kecil, mestinya mereka semua bersuka cita. Tapi, sejak keberangkatan kita dari rumah hingga ke tempat ini berap banyak kita dapati anak-anak kecil berada di perempatan jalan, di lampu merah, sedang menadahkan tangan meminta-minta? Sebentar lagi mereka akan datang ke tempat ini, bersama ayah dan ibunya, memungut koran bekas shalat kita. Mereka tidak sendiri, bukan satu atau dua. Mereka itu puluhan, ratusan, ribuan, bahkan entah berapa jumlahnya.

Kalau satu anak yatim saja dapat menghentikan langkah Rasulullah saw menuju tempat shalat idul fitri sampai anak tersebut turut berbahagia, lalu mengapa puluhan dan ratusan anak yang mengalami nasib yang sama tidak mampu menggerakkan hati kita untuk peduli, menyantuni, dan membahagiakan mereka?
Apa yang kita pikirkan ketika membelikan baju baru untuk anak-ank kita? Apa yang ada dalam pikiran kita ketika menghadapi aneka makanan lezat tersaji di meja makan kita? Apa yang ada dalam pikiran kita ketika kita bersama-sama keluarga kita melangkah bahagia menuju tempat ini, sekarang ini? Tidakkah terlintas dalam benak kita sekelebat bayangan fakir miskin yang hingga hari ini belum berbuka?

Masih adakah kapling dalam pikiran kita tentang nasib orang-orang yang kurang beruntung? Hari ini, berapa banyak saudara-saudara kita yang terpaksa merayakan idul fitri di tenda-tenda darurat setelah rumahnya dihancurkan oleh bencana alam? Mereka adalah orang-orang miskin baru yang jumlahnya puluhan ribu.

Di Aceh, meski sudah hampir tujuh tahun, belum semua korban tsunami mendapatkan tempat tinggal yang layak, pekerjaan yang memadai, dan pendapatan yang mencukupi. Di Jogyakarta, Bantul dan sekitarnya, ribuan orang masih tinggal di atas puing-puing rumahnya hanya dengan atap dan dinding plastik. Jangankan memikirkan untuk membangun kembali rumahnya yang hancur luluh lantak itu, sedang untuk makan sehari-hari saja mereka masih belum mampu. Di Bengkulu, di Mentawai nasib mereka lebih tragis lagi. Untuk mendata korban saja hingga hari ini pemerintah kita masih belum berhasil, apalagi mendistribusikan bantuannya secara adil dan merata.
Di bagian timur Indonesia tak juga ketinggalan. Banjir bandang menelan korban yang tidak sedikit, rumah-rumah hancur, dan sarana prasarana rusak terbawa arus. Rumah ibadah dan sekolah ikut terbawa arus air bercampur lumpur.

Di Jawa Timur tidak saja kita dapati ribuan warga yang kehilangan tempat tinggalnya akibat lumpur Lapindo, tiba-tiba kabar baru dari Blitar dan Kediri menyebutkan bahwa gunung Kelut siap memuntahkan laharnya. Setelah diberi status siaga, lagi-lagi ribuan warga harus meninggalkan rumah tempat tinggalnya. Mereka mengungsi tanpa kepastian, kapan bisa kembali.

Allahu Akbar 3X
Allah swt telah mentarbiyah kita selama sebulan penuh melalui ibadah Ramadhan. Melalui puasa kita dididik dan dilatih untu peduli dan berbagi. Puasa tidak saja menahan lapar dan haus di siang hari, tapi di balik haus dan lapar itu kita dihantarkan untuk ikut berempati merasakan langsung sebagian dari penderitaan saudara-saudara kita, para fuqara dan masakin.
Islam adalah agama atau satu satunya agama yang paling banyak mengingatkan ummatnya tentang fuqara dan masakin. Bahkan orang-orang yang tidak peduli kepada mereka tegas-tegas disebutnya sebagai orang yang mendustaan agama. Allah berfirman:

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, Orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”
(QS Al- Maaun :1- 7)

Kedermawanan adalah sikap mulia dan terpuji, sementara kikir adalah perbuatan jahat dan hina. Seorang mukmin tak mungkin menjadi kikir, sebab ia yakin bahwa semua yang diberikan kepadanya adalah amanat dari Allah swt. Rizki dan karunia itu tidak untuk dimakan sendiri, tapi ia senantiasa mengingat ”kanan-kiri”. Ia sadar bahwa di dalam hartanya terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan. Untuk itu ia selalu peduli dan mau berbagi.
Rasulullah bersabda:

Maafkanlah kesalahan orang yang murah hati (dermawan). Sesungguhnya Allah menuntun tangannya jika ia terpeleset. Orang yang dermawan dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dan dekat pada surga. Orang yang bodoh tapi dermawan lebih disukai Allah daripada orang alim (ahli ibadah) tapi kikir.” (HR. Thabrani)

Ketahuilah bahwa di dunia ini banyak orang yang malang, di antara mereka ada yang malang karena ulah mereka sendiri, tapi tidak sedikit yang malang karena nasib. Mereka menjadi yatim, misalnya bukan karena kemauan mereka sendiri. Mereka yatim karena bapaknya telah dipanggil Allah swt. Tidak ada seorang anakpun yang menginginkan menjadi yatim, tapi taqdir Allah yang menentukan.

Banyak juga orang-orang miskin di antara kita bukan karena mereka menghendaki kemiskinan. Mereka miskin karena lahir di tengah keluarga yang miskin. Mereka sejak kecil tidak bisa bersekolah. Karena tidak sekolah maka ia menjadi kurang terampil. Karena kurang terampil maka ia tidak berkesempatan untuk memasuki lowongan pekerjaan. Karena tidak mendapatkan pekerjaan yang layak maka mereka jadi miskin. Kebodohan dan kemiskinan adalah mata rantai setan yang harus diputus. Di sini harus ada intervensi pemerintah. Pemerintah tidak boleh membiarkan adanya orang miskin tanpa memberi perlindungan, bantuan, dan pemberdayaan.

Karenanya tidak salah jika Undang-undang Dasar menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak yatim menjadi tanggungjawab negara. Tapi bagaimna prakteknya? Jauh panggang dari api. Jauh harapan dari kenyataan. Yang terjadi justru sebaliknya. Para pelacur dilindungi, sementara fakir miskin digusur, dikejar-kejar, dan disingkirkan.
Sungguh aneh, ketika jumlah orang miskin bertambah DPRD bersama pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan Perda (Peraturan Daerah) yang isinya sangat kontroversial. Orang miskin tidak boleh ada di jalanan, berjualan secara asongan atau meminta minta. Mereka bisa diancam hukuman penjara. Demikian juga kepada para pengendara yang berderma, memberi uang recehan kepada mereka. Orang yang memberi maupun yang diberi sama-sama mendapat ancaman hukuman yang berat.

”Jakarta untuk semua”, hanya semboyan yang laku ketika kampanye. Dalam prakteknya Jakarta hanya untuk orang kaya. Orang miskin dilarang sakit karena Rumah Sakit hanya untuk orang kaya. Orang miskin dilarang sekolah karena sekolah hanya untuk orang kaya. Orang miskin dilarang bekerja, karena semua jenis pekerjaan hanya untuk orang kaya. Orang miskin dilarang hidup di Jakarta karena Jakarta hanya untuk orang kaya.

Allahu Akbar 3X
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah


Kita setuju jika aparat menangkapi orang-orang miskin di jalanan dan melarang keras pengendara memberi ”uang recehan” kepada mereka, asal pemerintah benar-benar telah menjalankan amanahnya, yaitu memelihara, melindungi, menyantuni, dan memberdayakan mereka.

Kita ingin jalanan, perempatan, dan lampu merah bersih dari peminta-minta, tapi kepada mereka, apakah mereka diberi jaminan kehidupan yang layak? Diberi tempat tiggal yang memadai? Apakah mereka hanya ditangkapi lalu dibuang entah kemana? Itukah arti menertibkan? Itulah arti mengamankan? Sebagai rakyat biasa kita sering dibuat bingung, mana yang namanya ”membina” dan mana yang disebut ”membinasakan”.
Di sini kami hanya mengingatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

”Sesungguhnya kalian mendapat pertolongan dan memperoleh rizki karena adanya orang-orang lemah di antara kalian.” (Al-Hadis)

Wahai Presiden, siapakah yang memilih Anda? Siapakah yang paing banyak menyumbang suara Anda, orang-orang miskin atau orang-orang kaya?
Wahai para Gubernur, Anda menjabat sebagai kepala daerah atas dukungan siapa?
Wahai para Bupati dan walikota, Anda menempati posisi sekarang karena suaranya siapa?
Wahai para saudagar dan pengusaha, siapakah yang mati-matian bekerja siang malam dengan upah kecil untuk perushaan Anda? Siapakah yang menyopiri mobil mewah Anda, membersihkannya setiap hari sehingga Anda bisa tampil gagah? Siapakah yang menyiapkan makan Anda? Siapakah yang menyemir sepatu dan menyetrika baju Anda? Mereka adalah orang-orang kecil, kaum dhuafa diantara kita. Lalu, apakah jasa-jasa mereka kita lupakan begitu saja?

Allahu Akbar 3X
Jama’ah kaum muslimin yang berbahagia


Di hari yang fitri ini kami mengajak kita semua untuk bersilaturrahim, menyambung tali kasih di antara kita. Mari kita kunjungi saudara-saudara kita yang dekat maupun yang jauh, terutama kerabat yang miskin. Mereka biasanya minder mendatangi Anda karena khawatir dikira meminta-minta.
Tanyakan kepada mereka tentang anak-anaknya, apakah mereka semua telah sekolah. Jika Anda mendapati mereka tidak sekolah, angkatlah ia sebagai anak asuh Anda. Tanyakan pula tentang pendidikan agama mereka. Jangan sampai dari lingkungan keluarga kita terdapat orang-orang yang menetang agama.

Silaturrahim kita baru bermakna jika kita tidak sekadar berkunjung, bertemu, dan berttap muka. Silaturrahim kita baru berarti jika di dalamnya kita menjalin tali kasih dan tali sayang. Kita tolong saudara-saudara kita yang kurag mampu. Kita bantu saudara-saudara kita yang perlu bantuan. Kita hormati orang yang lebih tua. Kita sayangi saudara-saudara kita yang lebih muda.
Dalam al-Qur’an banyak kita dapati perintah bersilaturrahim, di antaranya Allah berfirman:

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga dekat akan haknya, (juga kepada) orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan dan janganah kamu menghambur-hamburkan hartamu (secara boros).” (QS Al-Isra: 26)

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
”Dan bertaqwalah kepada Allah, dimana kamu saling meminta antara satu dengan yang lain dengan (menyebut nama)-Nya, dan (peliharalah hubungan) keluarga, sesungguhnya Allah mengawasi kalian semua.” (An-Nisaa: 1)

Sungguh banyak manfaat bersilaturrahim. Selain mendatangkan kebahagiaan, silaturrahim juga mendatangkan rizki dan memperpanjang usia. Membangun silaturrahim tak ubahnya seperti membangun jejaring bisnis. Dari silaturrahim lahirlah koneksi, dari koneksi muncullah oportunity (kesempatan). Dari oportunity itu akan melahirkan rizki. Razki itu bisa berupa uang, kebahagiaan, juga kesehatan atau umur panjang.
Mengingat pentingnya silaturrahim ini, maka jangan sekali-kali kita mencoba untuk memutuskannya. Allah tidak menyukainya.

”Orang-orang yang merusak perjanjian Allah setelah dikokohkannya, dan memutus sesuatu yang Allah telah memerintahkan untuk menyambungnya, dan berbuat kerusakan di muka bumi, mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Baqarah: 27)
Sebagai bagian akhir dari khutbah ini kami ingin menukil sebuah hadits Qudsi berikut ini:

Dari Abdurrahman bin Auf ia berkata, saya mendengar rasulullah saw bersabda bahwa Allah berfirman (dalam hadits Qudsy): ”Aku adalah Allah. Aku adalah Ar-Rahim (maha Pengasih). Aku ciptakan kerabat dan aku keluarkan untuknya nma dari nama-Ku. Maka barangsiapa menyambungnya, Aku akan menyambungnya. Barangsiapa yang memutuskannya, maka Aku akan memutuskannya pula.” (HR. Abu dawud dan Turmudzi)

Mudah-mudahan Allah mengampuni segala dosa kita, menerima seluruh amal ibadah shaum kita, meridhai kita, dan memasukkan kita ke dalam surga-Nya.

Wassalamu’alaikum wr wb.

27 komentar:

  1. aslm..mohon diizinkan ambil materi khutbahnya

    BalasHapus
  2. aslm.. Mohon izin saya ambil materinya pak

    BalasHapus
  3. Assalam.... Saya juga mohon diizinkan copy materinya. Semoga ganjaran pahalanya mengalir kepada bapak. Syukron

    BalasHapus
  4. Ass ... Mohon di ijinkan saya pakai teks khutbahnya, yaa ..

    BalasHapus
  5. ASL.MINTA IJIN COPY USTAD...

    BalasHapus
  6. mohon ijin copy teksnya..

    BalasHapus
  7. Terima Kasih atas ilmu yang telah diberikan n minta izin tuk mengutip sebagian pembahasannya..

    BalasHapus
  8. Sehubungan kisah di atas menyangkut Rasulullah SAW, di mana tidak boleh ada kebohongan sepanjang menyangkut Rasululullah SAW. Saya ingin tahu sumber cerita itu dari mana? Katalau yang ada dalam beberapa kitab hadits yang ditemukan, ada riwayat yang kurang lebih sama tetapi setelah peristiwa perang Uhud. Minta Sumber di kitab apa?

    BalasHapus
  9. pak, saya juga mohon izin untuk memakainya
    Jazakumullah

    BalasHapus
  10. ok bagus banget pak...kita siap untuk mengaplikasikan di lebaran sekarang

    BalasHapus
  11. Indah Pak.. izin copas jg. Jazakalloh..

    BalasHapus
  12. mas, aku izin copi ya>>>>

    BalasHapus
  13. mohon izin copy ya,,,zyukran katsiran...jazakumullah khairul jaza..

    BalasHapus
  14. jazakallah mhn ijin untuk dicopy ya tadz, saya ada tugas khutbah idul fitri besok. maaf lahir batin ya. semoga amal ibadah kita di bulan ramadhan tahun ini mendapat ridho Nya

    BalasHapus
  15. isinya bagus tapi 1 yang dapat saya ambil yaitu dalil ayatnya kurang pak.

    BalasHapus
  16. minta copy hutbahnya ya pak ust.syukron

    BalasHapus
  17. Assalamualaikum, Mohon ijin untuk mencopy khutbahnya ya pak ustad. terima kasih

    BalasHapus
  18. assalamualaikum ww maaf pak! kalau ada kajian kajian tasawuf boleh di terbitkan pak!!!!

    BalasHapus
  19. aslm..mohon izin untuk mengcopi..trimakasih

    BalasHapus
  20. aslm.w.w.mhon izin mengambil beberapa bagiannya sbagai bahan khutbah utk saya....tq wslm.

    BalasHapus
  21. masya Allah....mohon ridhonya untuk di publikasikan,wassalam.

    BalasHapus

Lima (5) Indeks Posting Terakhir