Beranda

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Selamat Datang Di Blog Seuntai Kenangan

10 Desember 2008

Empat hal yang menentukan tegaknya sebuah masyarakat

Dalam hubunganya dengan krisis yang terjadi ini tentu kita tidak dapat menuding siapa-siapa - karena begitu kompleknya permasalahan, namun bukanlah langkah yang terlambat, dari sekarang kita segera mengayunkan langkah menuju jalan penyelesaian -betapapun minimnya upaya yang kita lakukan.
Kita harus terus menerus mengajak semua pihak untuk menyadari hal ini. Karena kemelut yang terjadi ini jauh lebih sulit dari mengurai benang kusut. Semua pihak harus terlibat memikirkannya.Untuk itu ada empat hal penting yang sangat menentukan untuk tegaknya sebuah masyarakat, yaitu :

Pertama, ilmunya para ulama
Kedua, keadilan penguasa.
Ketiga, kedermawanan orang kaya.
Keempat, do’a kaum fakir miskin.

Pertama,Ulama adalah termasuk makhluk langka untuk ukuran sekarang ini sehingga perlu di lindungi, perlu di jaga keberadaanya dengan menempatkan pada proporsinya. Ulama adalah pewaris para Nabi; alamat untuk meminta petunjuk dan bimbingan di kala kita menghadapi problem, sebagaimana halnya di kala Nabi masih berada di tengah–tengah umatnya. Seharusnya negara menjamin seluruh keperluan hidupnya sehingga tidak perlu lagi ada kesibukanya selain mentranfer ilmu yang dimilikinya untuk generasi penerusnya.
Sulit kita bayangkan bagaimana keadaan masyarakat manakala ulama sudah tidak ada lagi . Seperti apa yang pernah dibayangkan oleh Rasulallah bahwa;

Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu yang telah di berikan kepada manusia dengan sekali cabut, tetepi itu tercabut bersama meninggalnya Ulama satu demi satu. Lalu tinggalah manusia jahil yang di tanya tentang berbagai masalah lalu memberi fatwa tidak berdasarkan ilmu sehingga jadilah dia sesat dan menyesatkatkan .”(HR.Buhari dan Muslim )

Kedua, Keadilan penguasa adalah dambaan setiap penduduk di Negara manapun di dunia ini. Karena mana kala keadilan tidak ditegakan inilah yang akan menjadi penyebab terjadinya kecemburuan sosial yang akhirnya menjadi kejengkelan sosial dan ujung-ujungnya meledak dalam bentuk unjuk rasa yang terkadang malah dapat menimbulkan kerugian lebih besar. Terutama dalam kondisi seperti sekarang ini, di satu pihak ada orang yang kelihatan hidupnya mewah dengan simpanan harta yang melimpah sementara asal muasal kekayaannya mengundang kecurigaan, di lain pihak ada orang untuk membeli bahan pokok kebutuhan sehari-hari saja sudah tidak mampu lagi sampai harus menggantinya dengan ubi dan singkong , karena harga barang-barang naik, sementara uang tidak cukup – kalau begini bisa terjadi gejolak sosial.

Apabila rakyat kecil menuntut keadilan, lalu mereka selalu kalah dalam perkara dan orang-orang berduit yang selalu dimenangkan, kendatipun nyata-nyata berada di pihak yang salah, ini semua merupakan bom waktu yang tersimpan sewaktu-waktu meledak dalam bentuk yang sangat merugikan semua pihak.

Semoga pejabat dan penguasa kita dapat bekerja dengan baik terutama dalam menegakkan keadilan di negeri ini, sebagai salah satu persyaratan tegaknya sebuah pemerintahan. Untuk mensejahterkan masyarakat bukan dengan janji dan pernyataaan yang diperlukan, tapi dituntut kepedulian yang lahir dari hati yang paling dalam.

Ketiga, Peranan orang kaya merupakan pilar untuk tegaknya sebuah negara. Bukan orang kaya asal kaya, tapi orang kaya yang pandai menyalurkan kekayaannya untuk kemaslahatan masyarakat. Apalagi dalam kondisi seperti sekarang ini. Uluran tangan orang-orang kaya sangat diperlukan untuk menanggulangi musibah krisis yang melanda negara ini. Sebenarnya satu kesempatan yang sangat tepat kalau orang-orang yang duduk dalam kabinet sekarang yang rata-rata orang-orang kaya dapat menyumbangkan sebagian dari kekayaannya untuk kepentingan masyarakat yang tengah merasakan getirnya kehidupan. Insya Allah ini akan diikuti oleh banyak pihak. Kalau ini terjadi tentu banyak masalah yang dapat diselesaikan
Kalau menengok ke belakang membaca sejarah para pejuang-pejuang Islam, peranan Abdurrahman bin Auf yang dikenal sebagai sahabat Nabi yang paling kaya dan paling dermawan, peranannya di dalam memajukan Islam sangat luar biasa. Sejak dia menyatakan diri di hadapan Rasulullah bahwa dia ingin mencari kekayaan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan Islam, sejak itu pula rejekinya melimpah seperti air bah.

Tercatat dalam sejarah bahwa Abdurrrahman bin Auf pernah menyumbangkan hartanya berupa unta jumlahnya 750 ekor unta, ratusan ekor kuda perang, dan ribuan ekor kambing juga bahan makanan dan peralatan perang. Apalagi setelah Aisyah r.a., istri Rasulullah menyampaikan kepadanya bahwa Rasulullah pernah bersabda bahwa Abdur Rahman bin Auf termasuk orang yang dijamin masuk surga, ia semakin gila di dalam memberi sumbangan. Apa yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Auf ini sangatlah menentukan untuk kelanjutan risalah Islam sepeninggal Rasulullah s.a.w.

Di tengah-tengah kita sekarang ini juga terdapat orang-orang kaya yang telah berjasa memberi sumbangan terhadap kemajuan Islam. Kita dapat melihat bagaiman besarnya arti apa yang telah diberikan itu. Kita dapat bayangkan kalau berpuluh bahkan beratus orang-orang yang dermawan seperti itu. Semoga Allah semakin menambahkan rejekinya.

Penyembelihan hewan kurban yang kita lakukan mulai hari ini dan seterusnya sampai hari tasyrik terakhir yang berasal dari kalangan orang-orang mampu yang dapat dinikmati sebahagian orang miskin, itu sangat besar artinya. Sentuhan jiwa lewat hewan qurban tersebut sebagai penyantunan yang sangat terkesan dan tidak akan dilupakan selama-lamanya.

Kita dapat bayangkan kalau penyantunan itu agak sering kita lakukan dalam bentuk lain, tentu akan melahirkan sebuah doa keselamatan dan kesejahteraan untuk para dermawan.

Keempat, sebagai komponen terakhir, adalah doanya fakir miskin.
Kelomppok ini sangat jarang terperhatikan. Nantilah teringat kalau masa pemilihan umum, karena diincar suaranya untuk dapat mengantar menuju kursi Presiden maupun Legeslatif. Memang sudah banyak organisasi sosial terbentuk yang mengatas namakan orang miskin. Namun kenyataan berkata lain bahwa mereka masih tetap dalam kondisi yang memprihatinkan.

Padahal perlu disadari bahwa pertolongan dan rezki yang diberikan Tuhan kepada suatu bangsa sehingga dapat dinikmati oleh sebagian orang adalah karena adanya kaum lemah disekitarnya.

Sesungguhnya datangnya pertolongan Allah dan rizki itu karena adanya orang-orang lemah diantara kamu” (HR. Abu Dawud dg sanad yang baik)

Sehingga bukan mengada-ada kalau dikatakan bahwa sebagian dari harta yang dimiliki orang-orang kaya adalah haknya kaum dhu’afa.

Kalau hak mereka itu tidak tersalur sebagaiman mestinya, mereka bisa meledakkan senjata yang mereka miliki yakni mereka memiliki senjata doa. Doa yang dipanjatkan orang-orang fakir dan miskin apalagi kalau dalam kondisi teraniaya, tidak ada jarak antara dia dengan Tuhannya. Apa yang diminta kepada Allah SWT baik yang positif maupun yang negatif akan langsung dikabulkan.

Kita khawatir kalau mereka telah jenuh dalam penantian dan apa yang diharap-harapakan tidak kunjung tiba. Ditambah lagi dengan perlakuan terhadap mereka berupa penggusuran-penggusuran dengan ganti rugi yang tidak wajar, penyempitan lapangan kerja yang seolah-olah tidak memberi peluang lagi pada mereka untuk menarik napas secara teratur, ini memacu mereka berdoa kepada Allah SWT, kiranya Allah berkenan nenurunkan adzba-Nya sehingga datanglah musibah yang membuat semua orang tanpa terkecuali merasakan kegelisahan dan keresahan. Semoga ini tidak terjadi. Naudzubillahi mindzalik.

Inilah empat komponen yang menentukan untuk tegaknya sebuah negara, hal ini perlu mendapat perhatian untuk dikondisikan. Untuk itu marilah kita upayakan sekuat kemampuan yang kita miliki, kiranya masing-masing komponen itu dapat berperanan secara positif.

Semoga negeri kita yang tercinta ini tidak terlalu lama segera mencapai negara yang penuh sejahtera adil dan makmur sampai sebagian besar penghuninya yang semula berada di bawah garis kemiskinan mereka dapat menikmati hidup normal dan sejahtera. amin
(Ringkasan khutbah Idul Adha 1429 H. Hidayatullah)

1 komentar:

Lima (5) Indeks Posting Terakhir