Beranda

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Selamat Datang Di Blog Seuntai Kenangan

21 Januari 2009

Berbuatlah apa yang kita bisa !!

Berbicara bangsa Indonesia, maka akan terbayang di benak kita bahwa bangsa ini adalah bangsa yang multi kultur dan multi etnis.

Dengan adanya multi kultural dan etnis tersebut secara otomatis keinginan dan kemauan dari masing-masing kelompok otomatis akan berbeda. Seiring dengan fakta yang ada tersebut maka diperlukan pemimpin-pemimpin bangsa yang mampu mengayomi dan mengakomodir aspirasi dari kelompok kultur dan etnis yang ada.

Memang tak mudah bagi seorang pemimpin untuk mengayomi dan mengakomodir semua keinginan dan kemauan dari setiap kelompok. Namun bagi seorang pemimpin nasional seharusnya ia akan mampu berbuat semaksimal mungkin untuk kepentingan bangsa ini secara maksimal.

Adapaun peran kita sebagai bagian dari kultur dan etnis bangsa ini, seharusnya memiliki kesadaran yang tinggi agar tidak terlalu mengedepankan egoisme pribadi. Janganlah berbuat anarkisme, separatisme ketika keinginan dan harapan tak terealisasikan oleh pemimpin atau penguasa. Bisa jadi harapan dan keinginan itu sangat mendesak dan penting bagi pribadi kita, namun kita harus legowo atau merelakan demi kepentingan bangsa dan Negara secara Nasional.

Berjiwa besar dan legowo juga harus dimiliki oleh pemimpin-pemimpin bangsa ini, sehingga rakyat tidak semakin terpuruk dalam lembah kemiskinan dan penderitaan karena oarogansinya, sedangkan pemimpin-pemimpin dan para penguasa yang dulu berjanji saat kampanye untuk memakmurkan rakyatnya kini lupa akan janjinya, dan kebijakan-kebijakan yang diputuskan tak berpihak kepada rakyat yang memilihnya.

Menjelang pesta demokrasi bangsa ini, kini janji-janji manispun banyak dilontarkan oleh para calaon-calon legislatif, berbagai daya dan upaya dikerahkan untuk membujuk rayu rakyat demi mendulang suara pada pemilu nanti. Berbagai macam jalan dan cara di lakukannya, mungkin juga diantaranya sudah tak menghiraukan apakah itu halal atau haram, baik dan benar tak lagi menjadi panduan, yang penting ia menang.

Jika berbagi macam daya dan upaya yang dilakukan oleh seorang calon legislatif, serta cara yang dilakukanpun tak lagi mengindahkan halal dan haram, baik dan benar, maka sudah seharusnya kita sebagi pemilih untuk lebih selektif dan tidak mendukung orang-orang yang seperti ini.

Jangan karena merasa itu kelompoknya, keluarganya, shabat dan teman karibnya sehingga apapun yang dilakukannya ia akan dukung walaupun telah mengabaikan prinsip halal dan haram, baik dan benar.

Kita ini adalah bagian dari kultur dan etnis di bangsa ini, tak selayaknya juga kita untuk golput (golongan putih) alias tidak memilih, karena suara kita adalah menentukan perubahan bangsa kedepan. Jadilah bangsa yang punya pendirian yang tidak hanya mengekor hasil keputusan orang lain.

Berbuatlah apa yang kita bisa perbuat jangan sampai berpangku tangan disaat orang berjuang.

Bangsa ini memerlukan pemimpin-pemimpin yang siap berkorban bagi bangsa dan negaranya bukan pemimpin yang meminta pengorbanan dari rakyatnya.

Bangsa ini membutuhkan pemimpin-pemimpin yang tidak hanya mementingkan kepentingan pibadinya tetapi kepentingan rakyat secara nasional yang diutamakannya.

Bangsa ini membutuhkan pemimpin-pemimpin yang siap mengangkat penderitaan rakyatnya bukan yang menambah penderitaan rakyatnya.


Bangsa ini juga memerlukan orang-orang yang cerdas, pintar dan benar bukan orang-orang yang cerdas dan pintar tapi tidak benar.

Sekiranya tahun ini bangsa ini mempunyai pemimpin-pemimpin yang siap berkorban untuk bangsa dan negarannya, mementingkan rakyat banyak, cerdas, pintar dan benar maka tak lama bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar dan makmur serta bangsa yang akan dihormati, dihargai dan disegani bangsa-bangsa lain.

Dihormati, dihargai dan disegani bukan karena kekuatan militer dan armada perangnya yang cangih, bukan pula karena arogansi pemimpin dan rakyatnya, namun dihormati, dihargai dan disegani karena budaya dan prilaku bangsa yang memang patut untuk di hargai dan disegani.

Semoga para bloger bangsa ini merupakan bagian dari agen-agen perubahan yang mampu memberikan sumbangsih dalam mengangkat derajat dan martabat bangsa ini sehingga bangsa ini dihormati, dihargai dan disegani oleh bangsa lain.

Mari berbuat yang terbaik untuk bangsa ini sesuai dengan kemampuan dan profesi kita masing-masing demi kemajuan bersama untuk bangsa ini dalam satu kepemimpinan nasional yang berpihak kepada kepentingan rakyat.

7 komentar:

  1. setuju,..berbuatlah apa yang kita bisa, tidak perlu yang besar, yang kecil-kecil saja dulu. bukankah yang kecil juga akan menjadi besar?


    salam kenal
    Liza

    BalasHapus
  2. Berawal dari yang kecil, dan maulai dari diri sendiri, berefek ke keluarga, lingkungan sekitar, bangsa dan negara.

    Salam kenal juga

    BalasHapus
  3. Thanks artikelnya, mantap deh

    BalasHapus
  4. Yaa betul tuh, selagi masih punya kekuatan untuk melakukan maka lakukanlah sebisamu

    BalasHapus
  5. dahysat ulasannya... MAU, MAU, MAU


    salam super,
    http://jejakannas.wordpress.com/

    BalasHapus
  6. Lanjutkan semangat ini, jangan pernah menyerah.
    Saya dukung dan selalu berdo'a agar semua bisa berbuat sesuatu untuk bangsa ini.

    Salam kenal.

    BalasHapus
  7. Kalau melihat kondisi hari ini, saya pesimis melihat Indonesia besok bisa lebih baik. Lihat saja, Para petinggi masih saja ribut untuk memperebutkan kursi kursi, jabatan jabatan, posisi posisi. Bahkan, sebagaimana pengamatan saya, pohon pohon sudah tidak lagi dihiasi daunnya, tapi telah berganti dengan poster poster, pamflet pamflet, brosur brosur, dan spanduk spanduk yang berisi ajakan "Pilihlah Saya".

    Tidak sedikt dari mereka yang, maaf, mengaku atau merasa telah menjadi "Tuhan". Dari kalimat kalimat kampanye yang terpampang disepanjang jalan areal rumah dimana saya tinggal, misalnya, ada seorang Caleg dari salah satu Parti Politik yang "berfirman" dalam tagline spanduknya berbunyi begini: "Melindungi dan Mengayomi". Emang ente Tuhan yang bisa melindungi? bisa mengayomi? Ya, memang tidak aneh. Demi jabatan, segala cara memang halal untuk dipakai. Meski kemudian kata kata "ke-Aku-an" terkadang tidak sadar atau memang sadar mereka (pegiat kekuasaan itu) menjadi jurus ampuh. Padahal, semua tak lebih dari kenisbian belaka. Hanya omong kosong, mungkin saja.

    Disisi lain memang, ada titik terang yang bisa kita lihat. Masyarakat Indonesia, kata para pengamat, sudah cukup dewasa dalam berdemokrasi. Sudah cukup cerdas menjadi warga negara yang baik. Terbukti dengan lahirnya kebijakan multi partai sebagai bentuk penyaluran aspirasi politik masyarakat dalam bernegara. Selain itu, Pilkada Pilkada yang berlansgung di wilayah wilayah Indonesia relatif lebih aman dan berjalan demokratis. Itu menurut pengamat bukan pandangan saya. Secara pribadi saya melihat, capaian yang ada sekarang itu masih sangat riskan dan rentan roboh. Saya tidak bisa menjamin sistem demokrasi yang diterapkan di negeri ini bisa mengantarkan Indonesia menjadi lebih baik di hari esok.

    Semestinya memang, kita harus kembali kepada UUD yang sudah holistik dan paripurna, yakni Al Qur'an dan As Sunnah. Tidak ada kejayaan dan dan kememangan selain berada diatas undang undang itu, tidak mungkin. Jika sistem atau aturan yang dibuat manusia yang bernama demokrasi ini terus dipertahankan dan menjadi sebuah kebanggan identitas sebuah negara, Your are Looser.

    Dan tentu, untuk kembali kepada sistem berkehidupan yang utuh ini bukanlah sebuah pekerjaan ringan. Bahkan sangta berat. Kita sadar bahwa sistem berkehidupan hari ini yang kemarut dengan gaya hidup samen liven, kapitalis, materialis, liberalis, sekularis, dan hedonis, telah sangat dalam menembus relung pertahanan kita. Aqidah kita diserang dari berbagai penjuru. Hegemoni televisi dan free life style adalah salah satu bagian yang sangat kencang meniupkan pengaruhnya.

    Untuk melawan itu semua, kita tidak bisa sendiri sendiri. Maka kita butuh komunitas dan sistem untuk melawan sistem bathil itu. Dan Alhamdulillah, kehadiran Hidayatullah dengan konsep pergerakannya, Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW) itu menjadi pelenyap dahaga ditengah tengah keberingasan dan kerakusan manusia hari ini pada dunia dan materi. SNW merupakan sistem berkehidupan yang ditawarkan Hidayatullah ini, telah terperagakan sejak di masa Rasulullah SAW. Mereka memulai ber-Islam dengan Iqro, membaca. Yakni membaca diri, siapa sih kita sebenarnya. Barulah kemudian setelah fase pengenalan diri kita sebagai manusia yang tidak ada apa apanya ini, kita diantar untuk ber-Tuhan. Yakni hanya mengakui Allah SWT sebagai Tuhan, Dia maha besar, hanya Dia yang patut ditakuti dan tempat bergantung.

    Jika masyarakat Indonesia sudah ber-Islam sebagaimana metode ber-Islam yang dicontohkan Rasulullah SAW, Insya Allah, kejayaan dan kemenangan itu akan kita raih. Kita kelak menjadi manusia dan bangsa yang merdeka tanpa kekangan dan tekanan. Semoga.

    Ain, 19/02/09

    BalasHapus

Lima (5) Indeks Posting Terakhir